Iran Lancarkan Serangan Terhadap Salman Rushdie! – Belum lama lenyap kondisi kenegaraan yang menimpa Iran kini telah muncul polemik baru yang diduga merugikan kepercayaan penduduk setempat. Diketahui bahwa pasukan Iran terpaksa harus melancarkan serangan terhadap Salman Rushdie dan para pendukungnya lantaran penerbitan novel Ayat – Ayat Setan (The Satanic Verses) tahun 1988 silam.
Menurut keterangan BBC, Selasa (160822), lebih dari 2 dekade terakhir pemerintan Iran sangat geram dengan perlakukan Salman. Akan tetapi mereka masih tidak melakukan tindakan mengancam untuk menjaga amanah pemerintahan.
Namun baru – baru ini mereka tidak segan – segan untuk menyalahkan Salman atas tudingan keras bahwa isi dari novel tersebut terlalu banyak hal yang menyimpang tentang kajian budaya, kepercayaan hingga agama.
Dalam acara penting di New York, Amerika Serikat, Salman harus mendapatkan pertolongan pertama akibat luka parah atas serangan bertubi – tubi. Sehingga Ia harus dilarikan ke Rumah Sakit di Erie, Pennsylvania.
Di balik semua itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Anthony Blinken menegaskan kalau Iran terlalu berlebihan dalam menghukum pelaku ketidakadilan. Padahal kasus tersebut bisa diluruskan ke jalur hukum berdasarkan undang – undang yang berlaku.
Lebih dari itu, media terpercaya Iran Jaam-e Jam merilis laporan bahwa Salman berpotensi untuk melihat dunia dengan satu mata lantaran terkena hantaman keras di sekitar wajahnya.
Seorang pria asal Iran, Hadi Matar telah melakukan aksi tak wajar terhadap Salman dengan melakukan percobaan pembunuhan di atas panggung. Ia dengan sangat geram melakukan penindakan tak terbendung untuk menikam Rushdie. Akibat perbuatan itu, Hadi harus diamankan dan ditahan dengan bukti yang kuat.
Keluar Dari Ventilator untuk Membela Diri
Sebelumnya Salman telah berhasil keluar dari ventilatornya untuk melakukan aksi pembelaan atas tudingan tersebut. Meskipun hingga kini masih belum jelas tentang situasi yang terjadi, namun sejumlah pendukungnya terlihat bangga setelah mengetahui bahwa Rushdie tidak mengalami luka serius.
Ketua Chautauqua Institution, Michael Hill yang menjadi saksi atas kejadian itu langsung angkat bicara. Menurutnya kejadian tersebut tidak harus dilakukan di depan umum. Karena bisa merusak nama baik dan citra antara kedua negara yang bersangkutan.
Setidaknya yang menjadi korban atas peristiwa tersebut adalah pendiri lembaga nirlaba, Henry Reese. Karena Ia merupakan orang yang paling berpengaruh terhadap persekusi dan ancaman semata.
Beberapa saat sebelum diserang, Salman berorasi yang berisikan bahwa AS merupakan surga bagi semua pecinta dan penulis novel. Tapi sayangnya lebih dari 10 tahun Ia harus bersembunyi di balik tirai menyusul karya tersebut dianggap sebagai hujatan terbesar oleh mayoritas kaum Muslim.
Dewan Muslim Kecam Serangan Anarkis
Menyikapi kondisi tersebut, pihak Salman Rushdie, Andrew Wylie meratapi kepedihan lantaran orang terbaiknya tidak mampu berbicara banyak hal. Sebab Ia dinyatakan kehilangan satu mata secara permanen.
“Tindakan ini sangat brutal, Salman bisa saja tidak dapat melihat dengan normal. Tikaman tersebut sangat hebat dan masa depannya mungkin tak secerah hari ini,” ucap Wylie.
“Kami rasa Dewan Muslin Inggris harus turun tangan untuk menyikapi kekerasan tersebut. Dan pelakunya wajib mendapatkan sanksi hukum yang setimpal,” imbuhnya.
Menurut keterangan Polisi Negara Bagian New York, kejadian itu sangat pantas diganjar dengan hukuman yang setimpal. Karena dirinya telah menentang hukum walau bermotif melindungi Iran sebagai jaminan terkuat.
Sosok di Balik Salman Rushdie
Salman Rushdie adalah penulis novel profesional yang lahir di Mumbai, India (19071947). Selama berkarir sebagai penulis, Ia sering mendapatkan ancaman dan tindakan kekerasan atas dasar karyanya yang dianggap banyak menentang hukum dan agama.
Terlihat bahwa salah satu buku yang sukses Ia persembahkan menjadi pameran dunia adalah “Anak-Anak Tengah Malam” (Midnight’s Children). Melalui karya tersebut, pria 75 tahun itu berhasil memenangkan Booker Prize tahun 1981.
Akan tetapi karya The Satanic Verses atau Ayat – Ayat Setan yang diluncurkan tahun 1988 telah mengundang berbagai macam polemik kenegaraan dan mengandung kontroversi.
Setelah mendengar beragam ancaman yang akan menimpanya, Salman berada dalam status penjagaan dan keamanan Inggris di bawah kepolisian setempat.
Dalam masa itu, pemerintah Iran dan Inggris harus menghentikan hubungan diplomatik yang berpotensi untuk memunculkan banyak korban yang utamanya adalah kalangan penulis novel.
Di samping itu, Pemimpin Spiritual Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini sebelumnya sempat menyatakan aksi pembubuhan terhadap Salman setahun setelah penerbitan novel The Satanic Verses.
Diketahui bahwa Salman keturunan keluarga Muslim. Akan tetapi beberapa tahun kemudian, Ia menyebut bahwa dirinya adalah seorang ateis.
Saat usia remaja, Ia mengenyam pendidikan tinggi di Kings College, Cambridge, England. Setelah itu Ia menetap di Inggris untuk menjadi bagian dari warga Ratu Elizabeth.
Terpaksa Melakukan Eksil Bersama Keluarga
Hingga detik ini saja Salman bersama keluarganya terpaksa melakukan eksil yang tertutup rapat dari pandangan awak media dan publik. Akan tetapi Khomeini bersama pengikutnya masih mencari kediaman mereka dan menyerukan supaya riwayat si penulis tersebut tak lagi bersinar.
Khomeini dikabarkan tengah mengusut berbagai tentara gabungan dan terpaksa melakukan tindakan jika melihat keberadaan Salman atau keluarganya. Walau mereka tengah berada dalam ruang lingkup keamanan Inggris, namun mereka layak mati untuk menyudahi kisruh polemik Iran dan Inggris.
Menilik keputusan resmi Iran tahun 1998, hukuman mati yang dilayangkan kepada Salman harus ditunda. Sebab dirinya masih berjasa besar terhadap kedutaan Inggris.
Akan tetapi pasukan Khomeini tidak mengungkit balik kejadian itu dan bahkan mereka harus melakukan tindakan ilegal atas nama negara.