Konferensi Berbagai Akademisi Di Peru Berdiskusi Tentang Agama – Peru adalah sebuah negara yang tidak hanya kaya akan tradisi keagamaan namun juga inovasi di bidang agama. Sebagai contoh, konferensi ini berbincang tentang fenomena saat ini di abad 21. Selain itu konferensi ini juga mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan pandangan-pandangan atau pemikiran baru tentang dunia saat ini. Konferensi ini diselenggarakan oleh Universitas Negeri Mayor de San Marcos, dari fakultas Ilmu Sosial Jurusan Ilmu Agama. Konferenssi ini di ketuai oleh Jaime Regan dan Sidney Castillo sebagai pemandu acara. Konferensi ini terselenggara atas kerjasama antara Pusat Studi Antropologi dari CEAN Spanyol dan Akademi Peruvian dari Ilmu Agama dari APECREL juga dari Spanyol.
Konferensi ini mengambil pokok utama tentang antropologi sebagai dasar dalam studi kasus dan pendekatan melalui agama. Demikian juga dari sisi sosiologi pembahasan di dasarkan pada sekularisasi dan regulasi. Sementara itu ilmu agama sendiri menjadi bidang tersendiri. Sarjana-sarjana yang berpartisipasi dalam kegiatan ini berasal dari universitas Rosock, Universitas Strasbourgh dan lain-lain.
Crp-conferperu – Dalam konferensi ini Luis Millones mempresentasikan penelitian terbarunya yang dilakukan di San Lucas de Colan, sebuah kota kecil di propinsi Paita di bagian pesisir wilayah Piura. Penelitian etnografinya menggambarkan apresiasinya terhadap sebuah tradisi berupa kegiatan festival keagamaan untuk menghormati santo pelindung. Festival ini bagian dari acara penghormatan terhadap orang suci dan persaudaraan orang suci. Millones memandang festival atau acara semacam ini dapat meningkatkan prestis atau penghargaan antar penduduk desa. Festival-festival semaca, ini juga sebenarnya banyak terjadi di berbagai daerah di seluruh dunia. Festival ini menjadi sebuah acara yang layak dilestarikan karena dengan acara semacam ini banyak peserta dari berbagai komunitas terlibat. Ketika banyak peserta terlibat dalam sebah tradisi ini berarti sebuah proses infiltrasi budaya merasuk pada semua kalangan atau penduduk pribumi atau pendatang. Penghormatan kepada santo pelindung atau dewa pelindung bagi agama lain juga menjadi tradisi di setiap negara yang dapat memperkaya khasanah budaya dan tradisi sebuah negara.
Pada presentasi selanjutnya Diego Huerta memaparkan tentang fenomena keagamaan dengan pendekatan komparatif. Penelitian ini untuk mencari tahu tentang realisasi dari sekularisasi di Peru dalam kaitan dengan agama rakyat serta gerakan keagamaan yang baru. Diego Huerta mengatakan bahwa perkembangan agama dipengarhi oleh globalisasi sehingga tradisi-tradisi yang tak tertulis bisa saja berubah di masa depan. Diego Huerta menyarankan segala yang terkait dengan interpretasi Katolik harus tertanam dalam tradisi dan budaya serta tertulis agar tidak berubah di kemudian hari. Pada pemaparan yang ketiga dari Marco Huaco membahas sebuah kebijakan sekularitas dalam hubungan antar gereja. Marco Huaco memaparkan secara rinci dengan menunjukkan evolusi mereka berkembang dari konstitusi ke arah pengakuan sejarah dan sosiologi. Konstitusi ini mengakui Gereja Katolik sebagai elemen penting dari masyarakat Peru.
Selain itu negara dapat mengambil peran dalam kemitraan dengan denominasi agama lain. Seperti yang tertulis dalam perjanjian antara Tahta Suci dan Peru 1980 tentang kesetaraan hak sebagai manusia. Pemaparan penutup disampaikan oleh Dorothea Ortman yang menyampaikan tentang ilmu Agama pertama kalinya disebarluaskan. Ortman menelusuri sejak awal mulai pertumbuhan sejak jaman kepercayaan pada dewa-dewa Andes. Ortman meneliti kaitan dari sisi arkeologi, bahasa, antropologi dan implikasi pada ekonomi dan politik pada masyarakat Andes. Dari penelitian ini Ortman mendapatkan gambaran menyeluruh tentang masayarakat Andes dalam berkehidupan dan bermasyarakat yang didasari dari tradisi.